Metode baru pengobatan kanker rektum bisa turunkan risiko kambuh
Kanker rektum merupakan salah satu jenis kanker yang sering dijumpai di Indonesia. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Pengobatan kanker rektum biasanya dilakukan dengan menggunakan kombinasi terapi, seperti kemoterapi, radioterapi, dan operasi.
Namun, baru-baru ini telah ditemukan metode baru pengobatan kanker rektum yang diklaim dapat turunkan risiko kambuh. Metode tersebut disebut dengan terapi target, yaitu pengobatan yang ditujukan secara khusus pada sel kanker tanpa merusak sel-sel sehat di sekitarnya.
Terapi target ini bekerja dengan cara mengidentifikasi sel kanker yang memiliki karakteristik tertentu, seperti adanya mutasi genetik atau reseptor spesifik. Setelah itu, obat-obatan yang dirancang khusus untuk menyerang sel kanker tersebut diberikan kepada pasien.
Dibandingkan dengan metode pengobatan konvensional, terapi target memiliki beberapa keunggulan. Pertama, terapi ini dapat mengurangi efek samping yang biasa terjadi pada kemoterapi atau radioterapi, seperti mual, muntah, dan kebotakan. Kedua, terapi target lebih efektif dalam menekan pertumbuhan sel kanker tanpa merusak sel-sel sehat di sekitarnya.
Selain itu, terapi target juga diklaim dapat mengurangi risiko kambuh kanker rektum setelah pasien menjalani pengobatan. Hal ini sangat penting, karena kanker rektum memiliki kecenderungan untuk kambuh setelah pasien sembuh dari pengobatan awal.
Meskipun demikian, terapi target juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah biaya pengobatan yang cenderung lebih mahal dibandingkan dengan metode konvensional. Selain itu, tidak semua pasien kanker rektum cocok untuk menjalani terapi target, tergantung pada karakteristik tumor dan kondisi kesehatan pasien.
Dengan adanya metode baru pengobatan kanker rektum ini, diharapkan tingkat kesembuhan pasien kanker rektum dapat meningkat dan risiko kambuh kanker dapat dikurangi. Namun, sebelum memutuskan untuk menjalani terapi target, sebaiknya pasien berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis untuk mengetahui apakah metode ini cocok untuk mereka.