Perayaan dan tradisi equinox merupakan bagian penting dari budaya dan kepercayaan masyarakat di berbagai negara di seluruh dunia. Equinox sendiri adalah fenomena alam yang terjadi dua kali setahun, yaitu pada 20 Maret (equinox vernal) dan 22 September (equinox autumnal), di mana matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa sehingga siang dan malam memiliki durasi yang sama.
Salah satu negara yang memiliki tradisi yang unik dalam merayakan equinox adalah Mesir. Di sana, equinox vernal disebut sebagai “Sham el-Nessim” yang berarti “hari musim semi”. Masyarakat Mesir merayakan hari ini dengan piknik di taman-taman dan sungai-sungai, serta menyantap hidangan tradisional seperti ikan asin, bawang, dan telur.
Di Jepang, equinox disebut sebagai “Higan”, yang merupakan waktu untuk berdoa dan memberi penghormatan kepada leluhur. Selama periode Higan, masyarakat Jepang mengunjungi makam keluarga, membersihkannya, dan menyalakan dupa sebagai tanda penghormatan.
Sementara itu, di Meksiko, equinox disebut sebagai “La noche de los rabanos” yang berarti “malam labu”. Pada malam ini, masyarakat Meksiko membuat patung-patung dari labu dan sayuran lainnya yang dihiasi dengan indah, kemudian dipamerkan di jalanan.
Di Indonesia sendiri, tradisi equinox tidak begitu populer namun beberapa masyarakat di daerah-daerah tertentu masih merayakannya. Biasanya, equinox vernal dianggap sebagai awal musim semi dan dijadikan momen untuk membersihkan rumah dan merayakan keberkahan alam.
Perayaan dan tradisi equinox di berbagai negara menunjukkan keanekaragaman budaya dan kepercayaan di seluruh dunia. Meskipun memiliki perbedaan dalam cara merayakannya, namun semua tradisi ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menghormati alam dan menyambut perubahan musim dengan penuh rasa syukur.